Jakarta, SN – Media sosial kembali dibuat geger dengan ulah seorang anggota polisi berpangkat Brigadir Polisi Satu (Briptu) Yuli Setiabudi.
Dalam video yang viral, ia secara terang-terangan menggelar sayembara absurd dengan menawarkan hadiah kepada warga yang berani menjadi target tembakannya.
“Kita buat challenge saja. Kamu datang ke Palu atau ke alamatku. Nanti kamu lari, saya tembak, kena kaki atau tidak. Kalau menang, dapat hadiah,” ujar Yuli dengan santai sambil tertawa dalam video berdurasi 30 detik itu.
Tak hanya itu, ia bahkan dengan bangga menyebut bahwa ide “gila”-nya tersebut muncul karena dirinya suka tantangan. “Saya tuh suka challenge orang. Saya itu orangnya suka tantangan,” tambahnya.
Tingkah laku Yuli memicu kemarahan publik, yang mempertanyakan moralitas seorang penegak hukum yang seharusnya melindungi masyarakat, bukan malah menjadikan mereka objek “permainan” berbahaya.
Polisi Bermasalah dengan Sejarah Hitam Panjang
Tak cukup dengan sayembara kontroversial, rekam jejak Briptu Yuli ternyata penuh noda.
Pada Mei 2024, ia sempat viral setelah mengeluh di media sosial terkait sanksi demosi yang diterimanya. Namun, klaim “ketidakadilan” yang disampaikan Yuli justru dibantah keras oleh Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Djoko Wienartono.
Djoko mengungkap bahwa Yuli sebenarnya dihukum bukan karena konten yang dibuat, melainkan karena sederet pelanggaran serius, termasuk tindak pidana penipuan yang membuatnya divonis 7 bulan penjara pada 2021.
“Dia juga terlibat tujuh pelanggaran disiplin, seperti judi online dan penggelapan mobil. Semua perkara ini sudah diputus oleh Komisi Kode Etik Polri,” tegas Djoko.
Dengan kata lain, Yuli bukanlah korban ketidakadilan, melainkan sosok yang justru mencoreng nama institusi kepolisian.
Influencer Tapi Memalukan
Di tengah semua kontroversi, Yuli justru berusaha memoles citranya sebagai influencer. Dengan pengikut Instagram mencapai 154 ribu orang dan TikTok 82 ribu orang, ia sering mengunggah konten yang katanya “edukatif,” tetapi lebih sering berujung pada sensasi murahan.
Selain itu, ia juga menjadi brand ambassador sebuah perusahaan desain interior.
Namun, banyak pihak menilai aktivitas media sosialnya lebih mirip pelarian dari tanggung jawab sebagai anggota polisi.
Ejek Media yang Memberitakan Ulahnya
Bukannya introspeksi, Briptu Yuli malah menunjukkan sikap arogan. Melalui fanpage Facebook-nya, ia mengejek pemberitaan dari Tribun Sumsel yang membahas videonya.
“Astaga, sudah jatuh miskin kah *Tribun Sumsel* sampai berita hoaks dinaikkan? 🤣 Barusan saya dapat media terbesar kemakan hoaks,” tulisnya dengan penuh cemoohan.
Komentar ini semakin memperlihatkan ketidakseriusan Yuli dalam menghadapi kritik. Alih-alih bertanggung jawab atas perbuatannya, ia justru sibuk menyerang balik media yang memberitakan aksinya.
Tingkah laku seperti ini membuat banyak pihak bertanya-tanya: bagaimana seorang polisi seperti Yuli masih dibiarkan mengenakan seragam, sementara tindakannya jelas mencoreng institusi dan meresahkan masyarakat?