Kabar Baik! Kementerian Kesehatan Targetkan Semua Rumah Sakit Bisa Layani Pasien Kanker

SEPUTARNUSANTARA – Kementerian Kesehatan RI menargetkan semua penduduk Indonesia bisa mendapatkan akses layanan kanker di semua Rumah Sakit. Pelayanan tersebut diharapkan akan menyasar masyarakat di daerah terpencil, sehingga menjadi sama dengan masyarakat di perkotaan.

Dari informasi yang disampaikan Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI, pada Rabu (08/02/2023), sebagai model percontohan dan percepatan target tersebut, Kemenkes telah menjalin kerja sama dengan The University of Texas MD Anderson Cancer Center dan melakukan kunjungan ke RSUP Ngoerah dan RSUD Bali Mandara.

Direktur Utama RS Kanker Dharmais dr. R. Soeko Werdi Nindito, MARS mengatakan Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai unit pelaksana kerja sama ini akan menindaklanjuti kolaborasi tersebut.

“Kita juga mensosialisasikan kepada MD Anderson bagaimana sistem layanan kanker nanti ke depannya, bahwa ada rumah sakit vertikal Kemenkes di Bali seperti Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah dan rumah sakit kabupaten/kota seperti Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara yang akan memberikan layanan kanker,” ujar dr.Soeko saat kunjungan ke RSUP Ngoerah, Bali.

Saat ini, RS Kanker Dharmais bersama MD Anderson tengah melakukan kunjungan ke RSUP Ngoerah dan RSUD Bali Mandara. Harapannya, lanjut dr. Soeko, layanan kanker bisa diberikan di semua rumah sakit sesuai dengan level-levelnya. Begitu juga dengan layanan jantung, stroke, ginjal, dan layanan ibu dan anak.

Kasus kanker baru di Indonesia berdasarkan data Globokan 2020 sebanyak 396.914 kasus baru. Kalau berdasarkan Riskesdas 2018 jumlah kasus kanker baru dan lama sebanyak 1.017.290.

Jenis kanker yang paling banyak menyerang warga Indonesia adalah kanker payudara, kanker leher rahim, kanker paru, kanker kolorektal, dan kanker lever.

“Kerja sama ini dilakukan supaya masyarakat di daerah terpencil lebih cepat dan lebih mudah untuk mendapatkan akses kesehatan yang sama seperti masyarakat di kota besar,” ucapnya.

Direktur Utama RSUP Ngoerah dr. I Wayan Sudana, M.Kes mengatakan RS Dharmais berada di level nasional, sementara RSUP Ngoerah ada di level provinsi di Bali. RSUP Ngoerah menjadi bagian dari rumah sakit yang harus memberikan pelayanan kesehatan khususnya kanker.

“Dengan demikian kami berkepentingan untuk meningkatkan semua kemampuan dan kualitas pelayanan khususnya untuk kanker. Pada akhirnya adalah akses masyarakat terhadap layanan kanker di daerah-daerah sama atau paling tidak mirip dengan akses masyarakat di perkotaan,” ungkap Dirut I Wayan Sudana.

RS Kanker Dharmais mulai mendampingi RSUP Ngoerah dalam meningkatkan standar-standar layanan kanker. Selanjutnya RSUP Ngoerah harus menjadi pengampu rumah sakit – rumah sakit yang ada kabupaten/kota di Bali.

Senior Vice President, Strategy and Business Development di MD Anderson, Chris Mc Kee mengaku sangat menantikan kerja sama dengan Kemenkes dalam hal penanganan penyakit kanker di Indonesia.

“Kanker salah satu penyakit yang menimpa masyarakat Indonesia secara tidak proporsional. Jadi kami berharap dapat bekerja sama dengan tim di seluruh Indonesia untuk bekerja mencegah terjadinya kanker, di Bali khususnya serta daerah lain untuk membantu pelatihan dan pendidikan,” tutur Mc Kee.

Lebih lanjut, kerja sama ini bertujuan untuk menaikkan level lebih tinggi untuk menyaring lebih banyak pasien kanker serviks dan kanker payudara pada wanita, dan kanker paru-paru pada laki-laki.

The University of Texas MD Anderson Cancer Center adalah sebuah rumah sakit dan institusi penelitian kanker yang terkemuka di Amerika Serikat. Berbasis di Houston, Texas, MD Anderson fokus pada pengobatan kanker dan penelitian untuk menemukan obat baru dan metode pengobatan yang lebih efektif. MD Anderson merupakan salah satu dari beberapa rumah sakit kanker terkemuka di dunia.

Kerja sama Kemenkes dan MD Anderson meliputi 4 hal, antara lain pertama terkait pelayanan, yakni bagaimana Indonesia bisa membandingkan pelayanan kanker dengan MD Anderson. Kedua terkait Pendidikan dan Pelatihan, pelayanan kanker di MD Anderson tergolong maju, sehingga Indonesia bisa mengirimkan SDM kesehatan ke sana atau MD Anderson mengirimkan SDM ahli ke Indonesia untuk berbagi pengetahuan.

Ketiga adalah penelitian, MD Anderson membantu mengembangkan penelitian terkait kanker di Indonesia. Keempat terkait data, dari kerja sama ini Indonesia diharapkan dapat mengelola data kanker dengan baik sama seperti pengelolaan data kanker yang dilakukan negara maju.

Lebih dari itu, Indonesia bisa belajar bagaimana manajemen kanker di negara lain khususnya untuk program kanker yang komprehensif di Indonesia.

Redaksi

Kemenkes Bantah Ada Kaitan antara Vaksinasi COVID-19 dan Penyakit Hepatitis yang Sebabkan Kematian Anak

SEPUTARJAKARTA – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) membantah adanya kaitan antara vaksinasi COVID-19 dengan penyakit Hepatitis Akut yang Belum Diketahui Penyebabnya pada Anak.

Hal tersebut disampaikan oleh Lead Scientist untuk kasus ini, Prof. dr. Hanifah Oswari, Sp. A(K), pada acara keterangan pers di Jakarta, Kamis (5/5).

“Kejadian ini dihubungkan dengan vaksin COVID-19 itu tidak benar, karena kejadian saat ini tidak ada bukti bahwa itu berhubungan dengan vaksinasi COVID-19,” ungkap Prof Hanifah.

Lebih lanjut Prof Hanifah menyampaikan bahwa sampai saat ini juga belum ada bukti yang menunjukkan adanya kaitan penyakit Hepatitis Akut Yang Belum Diketahui Penyebabnya dengan virus COVID-19, melainkan adanya kejadian yang koinsiden (bersamaan).

Sebagai upaya peningkatan kewaspadaan, pencegahan, dan pengendalian Infeksi Hepatitis Akut pada Anak, pemerintah telah menerapkan beberapa hal, diantaranya dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology).

Selain itu, Kemenkes telah menunjuk antara lain Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso dan Laboratorium Fakultas Kedokteran UI sebagai laboratorium rujukan untuk pemeriksaan spesimen.

Pemerintah juga meminta seluruh tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk menerapkan pencegahan  dan pengendalian infeksi, khususnya untuk infeksi virus. Selain itu juga diharapkan adanya rumah sakit rujukan di setiap Kabupaten.

***/Redaksi

Pemerintah Lakukan Investigasi Kontak 3 Kasus Hepatitis Akut pada Anak

SEPUTARJAKARTA – Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengungkapkan bahwa Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta melakukan investigasi kontak untuk mengetahui faktor risiko terhadap tiga kasus hepatitis akut pada Anak. Hal ini disampaikan pada keterangan pers di Jakarta, Kamis (5/5).

“Berdasarkan hasil investigasi kontak terhadap kasus yang meninggal dunia, ketiganya datang ke fasilitas kesehatan pada kondisi stadium lanjut, sehingga hanya memberikan sedikit waktu bagi tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan pertolongan,” kata dr. Nadia.

Pada ketiga kasus ini, anak berusia 2 tahun sudah mendapatkan vaksinasi hepatitis, usia 8 mendapatkan vaksinasi COVID-19 satu kali dan vaksin hepatitis lengkap, dan usia 11 tahun sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19 dan hepatitis lengkap. Ketiganya negatif COVID-19. Berdasarkan hasil investigasi juga didapati bahwa satu kasus memiliki penyakit penyerta.

“Sampai saat ini ketiga kasus ini belum bisa kita golongkan sebagai penyakit hepatitis akut dengan gejala berat tadi, tetapi masuk pada kriteria pending klasifikasi karena masih ada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan terutama pemeriksaan adenovirus dan pemeriksaan Hepatitis E yang membutuhkan waktu antara 10 sampai 14 hari ke depan” ucap dr. Nadia

Selain Itu, tambah dr. Nadia tidak ditemukan riwayat hepatitis dari anggota keluarga lain dari ketiga anak. Dan tidak ditemukan anggota keluarga lain yang memiliki gejala sama.

“Keluhan utama yang disampaikan dari saluran cerna, mengalami keluhan mual, muntah, dan diare hebat,” kata dr. Nadia lagi.

***/Redaksi

Vaksinasi Lengkap COVID-19 Terbukti Efektif Ciptakan Antibodi

Jakarta — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Jumat (18/3), dalam rilis tertulisnya mengatakan kasus konfirmasi harian kembali turun ke angka 9.528, lebih rendah dari hari sebelumnya (17/3) yang sempat di 11.532. Dengan begitu angka konfirmasi mingguan turun signifikan sebesar 49,50% dibandingkan minggu sebelumnya.

Indikator ini diikuti oleh angka kasus aktif yang turun ke angka 245.979 hari ini dibanding kemarin yang tercatat di 262.477. Sementara kasus aktif mingguan turun sebesar 29,87% dibandingkan minggu sebelumnya.

“Hari ini kami kembali memantau penurunan angka kasus dan indikator penanganan COVID-19 lainnya. Tren ini menunjukkan pandemi COVID-19 cukup terkendali di Indonesia, dan kita perlu konsisten menurunkan indikator transmisi COVID-19 agar kondisi pandemi di Indonesia segera kita lewati,” ujar dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid., Juru Bicara Vaksinasi COVID-19.

Selain itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) didukung tim ahli Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), hari ini mengumumkan hasil survei serologi nasional. Survei ini bertujuan untuk mengetahui proporsi antibodi yang terbentuk di populasi masyarakat Indonesia terhadap virus SARS-CoV-2.

“86,6% penduduk Indonesia sudah memiliki antibodi SARS-CoV-2. Analisa ini berdasarkan hasil survei terhadap 21.880 sampel penduduk di 34 Provinsi dengan melibatkan 1.094 desa/kelurahan terpilih pada Oktober-Desember 2021 lalu,” ujar dr. Nadia.

Selain menunjukkan angka antibodi yang tinggi pada penduduk Indonesia, survei serologi ini juga membuktikan vaksin COVID-19 menambah proteksi terhadap gejala berat dan risiko kematian akibat COVID-19. 99,4% proporsi penduduk memiliki antibodi setelah terinfeksi COVID-19 dan ditambah vaksinasi dua dosis.

“Vaksinasi lengkap ditambah booster menjadi faktor penting untuk menciptakan proteksi tambahan bagi masyarakat Indonesia. Kita tidak mungkin bergantung pada antibodi alamiah yang terbentuk dari infeksi COVID-19 karena risikonya terhadap pasien dan sistem kesehatan nasional sangat besar,” tambah dr. Nadia.

Hingga hari ini, vaksinasi dosis 1 telah diberikan kepada 194.493.617 (93,39%) penduduk. Sementara vaksinasi dosis 2 telah diberikan kepada 153.560.859 (73,273%) penduduk. Sedangkan vaksinasi dosis 3 telah diberikan kepada 16.074.636 (7.72%) penduduk Indonesia.

(Redaksi)